Bahasa adalah salah satu bentuk budaya, juga merupakan suatu alat komunikasi manusia, baik dalam bentuk berupa lisan maupun tulisan yang memiliki fungsi, esensi, maksud dan kedudukan. Namun di Indonesia saat ini, penggunaan bahasa hampir tidak sesuai dengan ranah pemakaiannya. Seringkali kita jumpai masyarakat mencampurkan atau men-derivasi-kan dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Misalnya sebagai contoh, di acara program TV, artis-artis yang diwawancarai seringkali memadukan antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia dan terkadang bahasa prokem juga digunakan sehingga masyarakat pun banyak yang mengikuti gaya bicara seperti artis tersebut. Banyak juga terjadi pada anak-anak yang menggunakan bahasa prokem sebagai bahasa sehari-hari akibat acara-acara televisi yang terkadang tidak mendidik sehingga terjadi bergesernya tata krama antar orang tua dan anak. Terlebih lagi bahasa daerah kini semakin bergeser dan hampir tidak digunakan lagi, karena terlalu seringnya menyaksikan tayangan-tayangan kurang mendidik dan lingkungan sekitar di sinilah sangat dibutuhkan peran pendidik dan orangtua mengajarkan kepada anak untuk berbahasa sesuai dengan ranah pemakaiannya.

Jika kita mendiskusikan tentang bahasan ini lebih jauh, kita dapat melihat faktanya kini banyak anak yang mulai menganal kata-kata orang dewasa seperti kata “pacaran”, “cinta”, dan lain sebagainya yang belum mereka pahami apa makna sebenarnya dari kata-kata tersebut. Dan juga terkadang mereka menggunakan kata “Elu” dan “Gue” pada orang yang lebih tua termasuk pada orangtua mereka sendiri yang sebenarnya kata-kata tersebut dinilai kurang sopan untuk lawan bicara mereka tersebut. Hal ini terjadi karena banyaknya tayangan televisi yang mereka tonton yang kebanyakan memang diperuntukkan bagi remaja dan orang dewasa yang tayang pada jam-jam anak.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Pengembangan Bahasa Indonesia

Globalisasi adalah suatu aktifitas, keputusan, atau kejadian yang terjadi di satu tempat di permukaan bumi yang secara signifikan menimbulkan dampak terhadap komunitas di permukaan bumi lainnya. Globalisasi tidak sama dengan internasionalisasi. Proses globalisasi tidak berdampak seragam secara spasial karena setiap Negara atau region atau daerah lokal tertentu memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu proses globalisasi akan menghasilkan daya tolak dalam bentuk proses regionalisasi atau lokalisasi

Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.

Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.

Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

Hubungan Transplanetari dan Suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Copyright 2010 Ravi Vendra's Blog
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger